BLOGGER TEMPLATES AND MyYearBook Layouts »

Jumat, 16 April 2010

Ternyata Memang Suudzan Itu Tidak Baik

Gue yakin, selain muslim yang benar-benar masa bodoh dengan islam, Seluruh muslim di dunia pasti pernah mendengar bahwa suudzan (berprasangka buruk) itu tidak baik. Begitu banyak ayat dan hadist yang menerangkan tentang kemudharatan suudzan dan anjuran untuk ber-husnudzan (berprasangka baik). Tapi apakah lo pernah mengalami sendiri dampak dari suudzan tersebut? Kalo gue pernah. Berikut kisahnya.

Pada tanggal 16 april hari selasa, teman gue mengirimkan pesan singkat ke gue yang mengabarkan bahwa pengumuman ujian tulis Universitas Gajah Mada sudah dapat diakses melalui website maupun sms. Gue yang kebetulan ikut berkecimpung dalam UTUL UGM tersebut pun ingin mengetahui nasib gue apakah di terima atau tidak. Tapi karena gue lagi di perjalanan (waktu itu gue ada di Lebak Bulus bersama bokap gue), gue ngga membawa kartu ujian yang nomor pesertanya dijadikan identitas saat login ke UGM-nya.

Nah, sistem penomoran peserta UTUL UGM ini berdasarkan program yang diikuti si peserta. Jadi, nomor peserta hanya akan dibedakan di bagian belakangnya saja. Asalkan satu pilihan program, nomor depan peserta akan sama dengan nomor depan peserta lainnya. Untungnya gue masih inget nomer belakang kartu ujian gue. Jadi gue memutuskan untuk menanyakan nomor depan peserta IPA ke temen gue yang ambil program IPA juga.

Sasaran gue yang pertama adalalah seorang temen yang gue ketahui dia memilih program IPA juga. kita samarkan namanya menjadi Joe. Gue sms die kira-kira begini bunyinya " jo, no depan peserta lo berape?". Setelah lama menunggu, Joe tidak kunjung membalas sms gue. Rasa kesal pun mulai berkecambah di hati gue. Selain karena rasa penasaran akan nasib gue, bukan kali ini aja si Joe ga ngejawab isi sms gue. Akhirnya, gue tuangkan protes gue lewat sms. Bunyinya kira-kira begini, " oy, percuma lo punya hp tapi ga pernah stanby. Sama aja ga guna, ga bisa berbagi berita". Gue berharap, Joe ini ngebaca sms gue dan memohon ampun karena kelalaiannya. Tapi sms gue pun lagi-lagi ga dijawab. WHOOSH. Makin super saiya aje gue.
Seperti kata pepatah, banyak jalan menuju roma, gue pun memakai alternatif lain, yaitu facebook. Gue tulis protes gue di wallnya hampir mirip dengan protes yang gue tumpahkan lewat sms .

Malam hari waktu indonesia bagian barat, setelah mengenyahkan keringat yang mulai mengerak hasil dari perjalanan siang hari tadi, gue berencana untuk berehat sambil mendengarkan musik di kamar gue. Karena gue ga punya mp3, gue pun memutuskan untuk menggunakan hape ade gue. Hape ade gue ini dulunya adalah hape gue. Kebetulan lagu-lagu yang dulu gue simpen belom dihapus dari memorinya. Gue pun menyalakan hape ade gue, dan muncullah gif orang salaman standar lambang nokia. Tiba-tiba hape itu pun bergetar menyiratkan dua buah sms telah diterima. Gue bingung, sel-sel otak gue pun berdiskusi, siapa ni yang sms ade gue pas ade gue masih di pesantren? aneh bener, temen-temennye kan masi sekola juga, ah palingan temen SD-nya.

Karena penasaran, gue lalu membuka sms itu. Bisakah lo menebak apa isi dari sms itu....? WOW, kedua sms ini nampak familiar di pikiran gue. Jelas lah, kedua sms itu adalah sms-sms yang gue tujukan kepada temen gue, Joe. Satu sms yang berisi pertanyaan tentang nomor peserta dan satu lagi sms yang berisi tentang protes gue. untuk lebih meyakinkan diri gue, gue pun membuka inbox di hape ade gue. Dan ternyata benar!! di sana terdapat sms-sms yang gue tujukan kepada Joe. Disinilah gue baru menyadari betapa buruknya ber-suudzan. Gue pun langsung meminta permohonan maaf di wall si Joe mengingat gue tadi mengirimkan protes lewat facebook. Astaghfirullah, peristiwa ini bakal menjadi pelajaran berharga buat gue.

0 komentar: